Friday, March 31, 2017

Perang Saudara di dunia islam, Tahun 659 M

Pasca Kemenangan pada Perang Jamal dibulan ke 6 (Jumadil akhir) Tahun 658 M, Khalifah Ali bin abi thalib segera berkhotbah di masjid Kufah mengumumkan kepada seluruh masyarakat dunia islam untuk hidup berdasarkan keimanan kepada Allah & rasulnya : satu pemimpin, satu pemerintahan dan satu tatanan.
Khotbah sangat penting ini segera dikumandangkan oleh "Sang Imam" sebab dunia islam sedang dilanda perang saudara mematikan di masa sebelumnya yakni pada masa terbunuhnya khalifah Utsman bin affan (656 M) , dan kekacauan ini harus segera diselesaikan. sekaligus, ini adalah momentum yang tepat untuk pidato resminya seorang pemimpin yang telah nyata tampil gagah perwira yang ditandai dengan kemenangan perang yang baru saja.
Pasca Pengumuman di masjid Kufah, Khalifah Ali segera menetapkan nama-nama baru gubernur diberbagai daerah, bersiap membuat tata pemerintahan yang kokoh:
- gubernur madain : Yazid bin Qois al-arhabiy
- gubernur ashbahan : muhammad bin sulaim
- gubernur bihqubadzat : Qirt bin ka'ab
- gubernur kiskir : Qudamah bin 'ijlan al-azdiy
- gubernur bihrasir : 'Adiy bin bin harits
- gubernur stanulaliy : Hisan bin abdullah al-bakriy
- gubernur istanuz zawabiy : Sa'ad bin mas'ud ats-tsaqofiy
- gubernur sijistan : Rab'iy bin ka'as
- gubernur khurosan : Khulaid bin ka'as
- gubernur Syam : Malik bin Asytar an-nakha'iy
- dan masih banyak lagi

pengumuman pergantian gubernur baru ini dilakukan dengan cara membuat surat resmi khalifah, dikirimkan ke wilayah-wilayah diatas, menemui orang yg bersangkutan & mengumpulkan masyarakatnya. surat dikirimkan dibawa oleh utusan resmi pemerintah.
Tidak terjadi masalah serius di semua daerah yang disebutkan diatas, kecuali untuk Daerah Syam yang dikenal sangat luas, dan membawahi banyak wilayah-wilayah kecil itu, yang gubernurnya dijabat oleh Muawiyah bin abi sufyan, seorang pria yang sudah menjabat sebagai gubernur sejak masa Khalifah sebelumnya.

Sebagaimana yang berlaku pada daerah lain, Khalifah Ali menulis surat pemecatan pergantian gubernur untuk wilayah Syam, bahkan lebih dari itu : Khalifah ali menuntut Muawiyah untuk memberikan baiat, mengakui dirinya sebagai Khalifah islam yang sah, legal dan resmi.
Tarikh islam awal mencatat setidaknya tiga kali Khalifah Ali mengirimkan surat & utusan ke gubernur Syam (Muawiyah bin abi sufyan) :
- Surat pertama dibawa oleh Basyir bin amr al-anshoriy
- Surat kedua dibawa oleh Said bin qois al-hamdaniy
- Surat ketiga dibawa oleh Syibts bin rab'iy At-tamimiy
(utusan dari kufah ke syam ini terjadi pada kisaran bulan Rajab, Sya'ban, ramadhan, Syawal, dzulqo'dah, dzulhijjah, Tahun 658 M.)

Para utusan kembali ke kufah menemui Khalifah Ali selalu membawa jawaban yang sama dari Muawiyah : Kaum muslim Syam tak kan pernah menyerahkan baiat kepada Ali bin abi thalib, tak kan pernah mengakui Ali sebagai Khalifah umat islam & Pergantian gubernur tentu saja tidak berlaku, selagi Ali bin abi thalib tidak mengadili para pembunuh khalifah utsman. dan atau urusan peradilan untuk "darah utsman" diserahkan kepada Muawiyah bin abi sufyan.
Tahun Baru, bulan Muharam, bulan pertama tahun 37 H (659 M) tampaknya menjadi kesempatan terakhir bagi Muawiyah bin abi sufyan untuk memutuskan memberikan baiatnya kepada khalifah Ali bin abi thalib ataukah memilih diperangi. Jabir bin abdullah diutus membawa & menyampaikan surat dari kufah ke syam : Hasilnya Tetap sama dengan sebelum-sebelumnya!

● Ekspedisi Militer Penggempuran Syam dimulai
~ Bulan ke dua, Bulan Shafar tahun 37 H (659 M ), setelah melewati masa-masa 3 bulan haram berperang, Malik bin Asytar an-nakha'iy yang posisinya sudah di dekat perbatasan wilayah syam bergerak memimpin penggempuran ke syam, membawa seribu orang prajurit perang, melalui kota Mosul, suatu daerah milik pemerintahan syam.
gerak pasukan ini mudah ditebak oleh gubernur Mosul, Dlahak bin qois al-fihriy, seorang pria yang dipercaya oleh muawiyah bin abi sufyan memimpin mosul : ia sudah mengikuti perkembangan politik di kufah sejak perang jamal & sudah tau pasti hubungan yang terus memburuk antata kubu kufah dan kubu syam.
Dlahak bin Qois segera menghadang pasukan Al-asytar di Mosul, menghalaunya supaya tidak berhasil dan menjauh dari Syam : pertempuran meletus di desa khiran & di desa riqqah : Para Sejarawan menyebut perang ini dengan istilah "Perang Shiffin jilid I".
Pertempuran satu pekan ini berlangsung sengit, rumah penduduk sipil banyak yang terbakar karena digunakan untuk persembunyian perang gerilya dan kemudian dihantam pasukan musuh, kebun anggur rusak berat karena menjadi medan laga, sungai-sungai ditaburi racun dan kubu Dlahak bin Qois terdesak!
bala bantuan dari kubu Syam yang lain segera datang membantu, limaribu prajurit berkuda tampil beringas dibawah pimpinan abdurrahman bin khalid bin walid : membabat habis di akhir pekan perang ini. walhasil, pasukan kubu Al-asytar yang sudah menguasai sebagian medan kini menjadi terdesak, sisa tigaratusan prajurit mundur ke tepian lembah-lembah untuk menyelamatkan diri.
Berita ini segera sampai di kufah. Khalifah ali bin abi thalib yang sudah menyiapkan kemungkinan terjadinya dinamika seperti ini segera memanggil para tentara diberbagai kota bawahan kufah untuk bergabung : Basrah, Qurnah, mihran, anbar dan uqbah.
"Pasukan cepat saji" ini di intruksikan berkumpul bertemu di Kota Nakhlah, bekas Kota kebanggan bangsa babilonia, pasukan berderap menuju Mosul secara bergelombang :
- Ziyad bin Nadlr al-haritsiy memimpin delapan puluh ribu prajurit
- Syuraih bin hani' memimpin empat puluh ribu prajurit
- Ali bin abi thalib memimpin tigapuluh ribu prajurit
Khalifah ali membakar semangat jihad ratusan ribu laskar ini dengan khotbah kharismatiknya yang terkenal itu, meneguhkan keyakinan perang memberantas kelompok thagut adalah tugas kaum muslim sejati dan sorga ada di depan mata : cita-cita ekspedisi militer ini adalah akhir dari pertikaian perang saudara di dunia islam.
Kubu Syam yang mendengar berita pengiriman pasukan besar-besaran dari kubu kufah yang hendak membantu Al-asytar dan hendak menggempur pasukan Abdurrahman bin khalid bin walid & Dlahak bin Qois di Mosul serontak bergerak cepat melapisinya dengan pengiriman pasukan baru : amru bin ash yang asalnya disiapkan beroperasi di mesir kini dialihkan ke mosul. membawa sembilan puluh ribu prajurit bersenjata lengkap, persis dikala mereka dahulu menaklukan romawi. Pasukan ini datang sampai dilokasi lebih dulu daripada pasukan dari kubu kufah karena jarak lebih dekat & lokasi dalam kekuasaan dlahak bin qois & abdurrahman bin khalid bin walid.

● Akhir Bulan shafar, Tahun 37 H (659 M) : Dua Kubu Bertemu
======================================================
Ratusan ribu pasukan kubu kufah, yang sebagiannya berjalan kaki telah sampai di Riqqah, dekat dengan Zona lokasi pertempurannya Al-asytar vs Dlahak. sementara kubu Syam telah sampai & berhimpun di tepi sungai eufrat, lokasi strategis bagi ribuan pasukan tempur yang membutuhkan stock air melimpah.
ibnu jarir Ath-thobariy menulis : pada awalnya, prajurit kubu kufah mendesak kubu syam untuk memberikan akses jalan mendapatkan air bagi pasukan & armada perangnya kubu kufah. berkali-kali diplomasi selalu gagal & ditolak muawiyah bin abi sufyan. persoalan ini memicu percepatan meletusnya pertempuran antar dua kubu yang sudah ditahan-tahan.
dan kini, kedua kubu, dengan ribuan pasukannya siaga membentuk formasi perang.
Rabu pagi, pekan ketiga Bulan Shafar Tahun 37 H (659 M)
=================================================
kedua kubu sepakat bertempur di dataran luas, mampu menampung ratusan ribu pasukan, suatu lapangan yang terbentuk secara alamiah, yang berada diantara tepian sungai tigris (lokasi kemahnya pasukan kubu syam) & Riqqah, lokasi hunian sementaranya kubu kufah.
kedua pasukan masing-masing Kubu membentuk formasi mirip tombak berjajar : ujung tombaknya adalah pimpinan & pasukannya berderet berbaris dibelakangnya.

● Kubu Khalifah Ali bin abi thalib :
- Posisi Tengah , Pasukan berkuda : dipimpin khalifah Ali
- Posisi sayap kanan dipimpin : Al-asy'ats an-nakha'iy
- Posisi sayap kiri dipimpin : Abdullah bin abbas
- Pasukan jalan kaki : dipimpin Ammar bin yasir
- Pembawa bendera perang : Muhammad al-hanafiyyah bin ali bin abi thalib
- Pembawa bendera Pemerintah kufah : Hisyam bin utbah bin abi waqosh

● Kubu Amir Syam, Muawiyah bin abi sufyan :
- Posisi Tengah , Pasukan berkuda : dipimpin Muawiyah bin abi sufyan
- Posisi sayap kanan dipimpin : dzul-kila' al-humairiy
- Posisi sayap kiri dipimpin : hubaib bin maslamah
- Pasukan berkuda : dipimpin Amru bin ash
- Pembawa bendera perang : abul a'war as-sulami
- Pembawa bendera Pemerintah kufah : mukhariq bin ash-shabah
~ Setelah sedikit pidato militer mengobarkan semangat jihad, masing-masing pemimpin kedua kubu mengintruksikan pasukannya untuk maju menghantam musuh tanpa mengenal rasa takut, nyeri dan tak boleh lari meninggalkan arena. dan!
Gema Takbir Allahu akbar masing-masing prajurit laskar kedua kubu membuncah memenuhi langit bumi perbatasan persia & romawi ini!
tombak lembing meluncur deras mencari sasaran tubuh dan kuda musuh! denting pedang beradu, sebagiannya berasal dari kerasnya pedang menghantam tameng & baju dzirah, baju besi.
darah mengucur dari luka tak akan menuyurutkan nyali para prajurit, terus bertempur hingga meregang nyawa, sorga dengan segala keindahan bidadarinya telah menanti di depan mata : Satu persatu prajurit kedua kubu berjatuhan.
Tiba sore hari, tampak sebagian pasukan kedua kubu menarik diri, membentuk barisan khas, dilingkari oleh prajurit bersenjata lengkap : masing-masingnya melakukan shalat. suatu sembahyang yang wajib dilaksanakan kaum muslim pada waktu-waktu tertentu. Kaum muslim menyebut ini adalah shalat wajib yang di jamak (dzuhur & ashar). dan oleh karena dilakukan ditengah peperangan maka disebutnya dg istilah sholat khauf.
demikian pula hingga tiba waktu magrib sampai isyak, kedua pasukan terus menerus bertempur & shalatnya dilakukan persis dg sebelumnya
sampai malam tiba, kedua kubu sama-sama kuat, perang diakhiri sementara, kedua kubu kembali ke kemahnya masing-masing, sembari mengevakuasi jenazah mayat-mayat kawannya yang bergelimpangan.
momentum yang sama berlangsung hingga hari jumat. sabtu pagi, kedua kubu bersiap kembali bertempur sampai mati, hingga mencapai kemenangan di pihaknya.
Ath-thabariy menulis : "dihari terakhir pertempuran ini, kedua kubu banyak kehilangan senjata karena patah dan rusak. walhasil, pertempuran dilanjutkan dengan cara saling pukul tangan, kaki menendang, saling mencekik. ada pula yang mengambil batu dan kayu."
Sabtu Sore, Pekan ketiga bulan shafar tahun 37 H (659 M) adalah puncak pertempuran ini : Kubu khalifah Ali bin abi thalib yang memang jumlahnya lebih banyak, tampak bisa mengendalikan situasi dan berhasil mensiasati jatuh korban lebih banyak. dikala gempuran terus menerus di desakkan, Komandan pasukan kubu Syam menyadari pihaknya pasti kalah, segera mengangkat bendera putih : Mushaf al-quran ditancapkan diujung tombak, diangkat tinggi-tinggi, meminta pertempuran dihentikan dan mengajukan perdamaian.
Seketika, Pemimpin dari kubu Kufah, Khalifah ali bin abi thalib berseru mengintruksikan pasukannya untuk berhenti berempur, menerima tawaran ini ; sebagian pasukannya menolak keras & sebagian lainnya berhenti menyerang.

● Tarikh islam awal menulis riwayat-riwayat yang berbeda-beda tentang jumlah korban perang ini :
- Kubu Kufah : duapuluh lima ribu orang, termasuk 5 sampai 10 orang sahabat nabi
- Kubu Syam : empat puluh limaribu orang, termasuk 3 sampai 5 orang sahabat nabi
~ Para sahabat nabi yang terbunuh dalam peristiwa ini :
- Ammar bin Yasir
- Khuzaimah
- hasyim bin utbah
- suhail bin amr al-anshariy
- abdullah bin ka'ab al-maradisiy
- abu khazim al-bajilliy
- ya'la bin umayyah
- dll
~ Para wanita yang tercatat tampil dalam perang ini :
- Saudah binti amar al-hamdaniyyah
- Zurqo' binti 'adiy al-hamdaniyyah
- ummul khair
- jarudah binti murah bin ghalib at-taimiy

● Sumber : Aneka Tarikh islam awal
disunting ulang oleh Ibliziyyulhaq Waskitajawi
45 agustus 3 SM
Ponorogo, Bumi wengker


No comments:

Post a Comment